JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN PENDIDIKAN CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 9
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN PENDIDIKAN CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 9
MODUL 1.1
Andika Eka Prasetya, S. H. – SMP Fransiskus Tanjungkarang
Jurnal Refleksi dwi mingguan ini dibuat untuk melengkapi salah satu tugas calon guru penggerak. Sebagai calon guru penggerak saya akan merefleksikan seluruh rangkaian kegiatan selama mempelajari modul 1.1 yaitu tentang Filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan.
Dalam mengerjakan tugas ini saya menggunakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, melalui pertanyaan sebagai berikut :
Facts (Peristiwa) : Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat aksi nyata ke dalam kelas? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut`
Findings (Pembelajaran) : Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?
Future (Penerapan) : Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?
Di bawah ini adalah hasil refleksi yang telah saya lakukan :
Facts
Pengalaman saya mengikuti pembelajaran pada minggu ini sungguh luar biasa, mengenal banyak guru-guru hebat sehingga membuat saya sedikit minder akan segala potensi yang ada dalam diri mereka. Banyak hal baik yang saya alami dari proses pembelajaran tersebut, salah satunya kami diajarkan tentang pengembangan potensi diri dan penguatan akan menjadi guru yang berpihak pada murid. Namun, dalam pelaksanaanya masih ada sedikit kesulitan terkait pengaturan waktu, dimana harus membagi tugas dan peran di sekolah, pendidikan guru penggerak, maupun dengan keluarga. Oleh sebab itu, saya mencoba mengatur ulang terkait pembagian waktu tersebut agar semua dapat dilakukan dan berjalan sesuai dengan harapan.
Feeling
Banyak hal yang saya rasakan selama menjalani Pendidikan Guru Penggerak ini. Banyak yang saya rasakan diantaranya ada perasaan senang karena dengan mengikuti pendidikan guru penggerak banyak pengalaman yang didapatkan, tetapi ada perasaan khawatir dikarenakan dalam mengikuti pendidikan guru penggerak ini waktunya cukup lama yaitu enam bulan. Merasa takut jika tidak dapat melakukan semua tanggung jawab yang diberikan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan terutama terkait dengan kekurang pahaman tentang IT yang kurang optimal. Selain itu, tugas utama sebagai pendidik, saya khawatir tidak dapat membagi waktu. Tetapi, berkat dukungan istri, fasilitator. pengajar praktik dan rekan-rekan kelompok di CGP, kekhawatiran itu bisa bisa teratasi dengan baik meskipun terkadang cukup kesulitan jika ada tugas yang di LMS belum terselesaikan.
Saya berusaha untuk tetap menjaga kesehatan, berdoa kepada Tuhan semoga agar diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan tugas sebagai guru maupun tugas pendidikan guru penggerak. Rasa panik terkadang menghantui pikiran saya jika tugas belum selesai dikerjakan sedangkan batas waktu mengunggah tugas harus sesuai deadline tanggal yang sudah ditentukan.
Dalam perjalanan mengikuti pendidikan guru penggerak ini saya mulai menerapkan filosofis Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang berorientasi pada anak ternyata membuat rasa kasih sayang terhadap murid semakin bertambah. Tidak lagi memandang murid yang sering over acting di kelas sebagai harus diberi sanksi, karena saya menyadari bahwa kodrat anak adalah berekspresi. Maka muncul ide untuk mengemas pembelajaran yang mungkin kaku menjadi sebuah pembelajaran yang menarik agar murid bisa mengikuti proses pembelajaran dengan menyenangkan. Keinginan saya sebagai guru untuk menuntun kodrat alam dan kodrat jaman yang melekat pada murid semakin besar. Saya ingin melakukannya dengan penuh kesabaran sehingga mereka bisa mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya.
Findings
Dari pembelajaran ini, saya menemukan hal-hal baru yang sebelumnya kurang saya pahami yaitu tentang filosofis Ki Hajar Dewantara. Banyak ilmu baru yang yang saya dapat dan perlukan untuk meningkatkan kompetensi sebagai seorang pendidik. Melalui 6 Dasar pemikiran ki hajar Dewantara saya merasa mendapat bekal yang tidak ternilai harganya.
Sebagai seorang pendidik, saya harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat dengan mengacu pada trilogi pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani.
Saya menyadari bahwa anak memiliki kodrat merdeka, oleh karena itu harus memberikan kemerdekaan kepada anak-anak untuk pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kreatifitasnya agar mereka dapat mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.
Sebagai pendidik haruslah senantiasa menghamba kepada anak atau dengan kata lain berpihak pada mereka, menjadikan mereka subyek bukan obyek. Memandang murid bukanlah kertas yang bisa digambar sesuai kemauan, karena mereka lahir dengan kodrat alamnya masing-masing dan masih samar. Tugas kita adalah menebalkan garis-garis samar itu agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. Menerapkan budi pekerti yang luhur merupakan keharusan yang tidak terbantahkan dengan cara mengintegrasikan setiap proses pembelajaran dengan pencapaian profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; bergotong royong; mandiri; bernalar kritis dan kreatif.
Sebagai seorang pendidik diibaratkan seorang petani yang menanam jagung. Hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung tersebut, memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat, dsb. Agar tanaman itu tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah yang berkualitas tinggi.
Future
Saya akan melakukan hal terbaik di dalam proses pembelajaran dikelas, agar tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik. Banyak hal yang akan dibenahi yang selama ini tanpa disadari apa dilakukan cukup jauh jika dikaitkan dengan filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Pembelajaran yang berpusat pada guru harus segera diganti dengan pembelajaran yang berpusat pada murid, agar tercipta interaktif yang menyenangkan di dalam kelas. Memberi kebebasan kepada murid untuk menggali potensi yang dimilikinya agar dalam proses pembelajaran menemukan jati dirinya sehingga menjadi manusia seutuhnya. Mengarahkan bukan lagi hal yang perlu dipertahankan, tetapi kita harus merubahnya dengan menuntun murid agar kodrat alam yang dimilikinya sejak lahir bisa berkembang kearah yang lebih baik dan kodrat jaman dimana mereka hidup saat ini bisa mereka dapatkan sehingga, akan mempermudah murid dalam mengatasi persoalan hidupnya dimasa kini ataupun masa mendatang. Murid akan menjadi manusia yang berkarakter baik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat jaman yang melekat pada dirinya.
Sekian pemaparan saya dalam refleksi dwi mingguan Pendidikan Calon Guru Penggerak.
Semoga bermanfaat.
Salam Guru Penggerak!
Guru Bergerak Indonesia Maju!
Terimakasih atas refleksi yang dilakukan. Refleksi secara menyeluruh dan bermakna akan membantu kita para pembelajar dalam meningkatkan kompetensi sekaligus dapat mengoptimalkan potensi diri. Melalui refleksi pembelajaran, kita akan dapat menemukan hal - hal positif dan negatif mengenai kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan, serta bagaimana kita bisa meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut. Selain itu bisa dijadikan sebagai bahan observasi untuk mengetahui sampai mana pencapaian kegiatan pembelajaran. (R. Mayasari - Fasilitator BGP Lampung)
BalasHapus